Friday, October 12, 2007

SURAT UNTUK CAT

Air mataku menetes tanpa terasa saat kami saling beradu tatap. Semua yang dikatakan buku memang benar, pengalaman ini adalah yang terindah dan yang terajaib dari semua kejadian yang pernah aku alami. Betapa menakjubkannya proses yang sangat alami ini. Awal dari suatu kehidupan. Bila aku dapat memutar waktu, ingin rasanya kuberondong pertanyaan pada Bunda. Sayang, Bunda telah menutup mata untuk selamanya sebelum aku sempat menyadari makna kehidupan yang sesungguhnya.
Aku mengusap air mataku sambil tak lepas memandangnya, rasanya seperti di bawah pengaruh sihir saja. Tuhan, batinku, andai Engkau berkenan, tolong beri aku kehidupan yang cukup lama sampai aku bisa mengantarkan anakku kepada kebahagiaan.
Aku tak ingin ia menyimpan berbagai pertanyaan yang tak terjawab seperti diriku.
Aku mengelus muka halusnya dengan penuh keharuan. Memandang mata beningnya dan merasakan setiap hisapannya merupakan anugrah yang tak terkira. Andai aku bisa, akan kuciptakan tiap tetes air susuku dengan berlipat ganda manfaat yang melebihi apapun di dunia ini. Namun aku hanya bisa melimpahinya dengan kasih sayang, semua dari yang aku miliki. Namun tiba-tiba saja, seperti mendapat inspirasi, aku mengeluarkan sepucuk kertas. Aku harus menulis surat padanya. Hingga seandainya pun aku dipanggil menghadap sang Pencipta lebih awal, aku tidak akan meninggalkan kepingan kosong dalam kehidupannya kelak. Aku pun mulai menggoreskan tinta ke permukaan kertas yang putih bersih itu dengan hati berdebar-debar.

5 October 2004,

Yang tersayang Cat,

Apa kabar, sayang? Mama harap saat engkau membaca surat ini, Mama masih bisa duduk di sampingmu sambil ikut-ikutan tersenyum geli, mentertawakan kesentimentilan Mama. Namun bila ternyata Mama sudah tiada, Mama harap kertas ini tidak akan dibasahi oleh air matamu, sayang. Sebab bila begitu, tinta ini bisa luntur dan tak terbaca lagi .
Sayang, kamu tentunya heran mengapa Mama menulis surat saat usiamu masih sangat dini. Mama akan menceritakan pelan-pelan alasannya. Mungkin surat ini akan lebih panjang dari yang engkau kira. Mama harap kamu tidak akan jatuh bosan atau mengantuk. Kamu tahu, Oma telah meninggal sebelum Mama sempat menikmati masa remaja. Oma meninggal karena kecelakaan lalu lintas. Saat itu Mama masih berusia 10 tahun dan anak satu-satunya yang beliau ajak serta karena Tante dan Om mu sedang melancong ke negeri jiran bersama Opa. Selain Oma dan Mama, ikut serta pula beberapa sanak saudara. Tragisnya, kami semua selamat kecuali Oma. Beliau meinggal di sebuah kota kecil di perjalanan menuju Lampung dengan tujuan akhir Padang, kampung halaman Oma. Kami sempat menginap beberapa malam di sebuah rumah sakit kecil yang kumuh sebelum akhirnya Oma meninggal di meja operasi karena menderita luka dalam yang sangat parah.
Sejujurnya, saat itu Mama belum benar-benar mengerti arti kehilangan seseorang untuk selama-lamanya. Mama memang menangis meraung-raung tetapi kemudian tidak dapat merasakan kesedihan yang dalam.
Tante dan Om kamu kerap berkata bahwa Mama merupakan kesayangan Oma. Namun sayang, Mama tidak mampu mengingat banyak kenangan manis bersama Oma. Mama tahu kalau Oma adalah seorang yang tegas, pandai berbicara serta pintar berbisnis.
Seandainya Oma masih hidup, Mama ingin bertanya banyak hal. Mama ingin tahu bagaimana proses persalinan Mama, apakah sulit? Atau mudah? Bagaimana tingkah laku Mama saat bayi, apakah sangat manis atau malah sebaliknya, sangat merepotkan? Masih banyak pertanyaan yang tersimpan dan tak pernah terjawab. Mama telah kehilangan banyak kepingan kehidupan Mama saat Oma dikubur untuk selamanya.
Sayangku, setiap detik kehidupan ini begitu berharga. Setiap hembusan nafasmu sangat berarti bagi Mama. Karena itu, Mama ingin menceritakan kisahmu satu demi satu.
Kamu lahir setelah Mama menunggu selama 22 jam sejak kontraksi pertama. Dua jam setengah Mama habiskan di kamar bersalin. Setengah labu infus sempat mengalir ke dalam tubuh Mama sebelum kamu lahir ke dunia. Ada kejadian lucu di sela-sela proses persalinan yang cukup menyakitkan. Kamu tahu tidak, sayang, Mama nyaris menginjakmu saat kamu keluar dari rahim Mama karena terlalu lelahnya. Kemudian belakangan Papa pun bercerita kalau beliau sempat panik melihat sosokmu yang biru dan berharap-harap cemas kamu akan selamat. Sedangkan Mama sudah paham kalau memang begitulah penampilan bayi yang baru lahir, biru sebelum akhirnya perlahan-lahan menjadi merah muda setelah menghirup oksigen.
Kamu lahir pada hari Minggu, 18 April 2004 dengan berat badan 3,28 kg, panjang 49 centimeter, pukul 22.15. Tangisanmu sangat nyaring dan sempat mengagetkan kami semua.
Hari-hari berikutnya Mama isi dengan tetes demi tetes air mata yang tak terhitung banyaknya. Berbagai perasaan bercampur aduk menjadi satu. Mulai dari lega, bahagia, takjub, bingung, khawatir serta tak percaya. Kesulitan demi kesulitan mulai datang menghampiri Mama. Proses yang seharusnya alami dan menyenangkan menjadi ujian terberat bagi Mama. Menyusuimu. Kamu tahu, sayang, kita berdua basah kuyup setiap kali saat menyusui. Kamu dengan air mata berlinang-linang karena tidak mengenal puting susu dan memilih berkhianat pada dot dan Mama juga dengan air mata serta keringat yang bercucuran karena frustasi, lelah, cemas serta panik. Untunglah akhirnya setelah sepekan lewat, kamu sudah bisa akrab dengan ASI dan membiarkan Mama memberikan yang terbaik untukmu.
Hari demi hari berlalu dengan cepat. Hampir dua bulan lamanya wajah mungilmu nyaris tak pernah berhiaskan senyum. Keningnya kerap berkerut sehingga wajahmu sama sekali tidak manis. Sampai pegal Mama dan Papa mencontohkan cara tersenyum padamu namun kau hanya menatap kami dengan mukamu yang galak.
Namun penantian kami tidak sia-sia, sayang. Setelah dua bulan berlalu, wajahmu mulai sering dihiasi senyum dan celotehanmu sudah sering terdengar.
Opa pernah berujar, Cinta anak pada orang tua tidak akan pernah dapat melebihi cinta orang tua pada anak. Mama tidak pernah benar-benar menanggapi kata-kata Opa. Tapi, sayangku, setelah kamu lahir, Mama baru bisa memahami perasaan Opa. Istilah yang banyak digunakan orang seperti, buah hati, permata hati- adalah ungkapan yang sangat tepat untukmu. Engkau adalah pujaan hati Mama. Mama telah jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihatmu, terbaring tak berdaya di sisi Mama. Dengan segala ketakutanmu pada dunia luar, dunia yang sama sekali berbeda dengan kehangatan dan kenyamanan rahim Ibu. Pada detik itu pula lah Mama ingin mendekap kamu selamanya, melindungi kamu sampai akhir hayat.
Perkembangan kamu sangat pesat. Bahkan sebelum usia 3 bulan kamu sudah bisa menegakkan kepalamu tanpa perlu ditopang. Lalu pada usia 4 bulan lebih kamu sudah bisa menggulingkan badanmu. Dan kini sebelum usia 6 bulan, kamu sudah mampu duduk tanpa d topang untuk beberapa saat. Teman setiamu sampai saat ini adalah kereta dorong. Kamu senang sekali duduk di kereta dorong yang di ayun-ayun ke sana ke mari. Bahkan tidur siang pun kamu lebih suka di kereta dorong ketimbang di kasur karena dengan itu kamu akan bisa tetap di temani oleh Mama kala Mama harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Senyum dan tawa ceriamu pun semakin sering mengembang. Kamu senang sekali mengumbar senyum pada orang-orang yang belum kau kenal dan menikmati pujian yang mereka lontarkan. Oya ada satu ciri khasmu yang Mama kagumi. Kamu senang menggoda dengan cara menaikkan sebelah alismu sambil tersenyum tipis. Sayangku, Tuhan pun berbaik hati padamu. Engkau dianugrahi kesehatan yang prima sampai saat ini. Pada saat Mama dan Papa sakit pun, engkau satu-satunya yang tidak terjamah penyakit dan tetap bisa tertawa riang.
Usiamu memang masih terlalu dini. Masih panjang langkahmu dan Mama sungguh berharap dapat membanjirimu dengan berjuta-juta kasih sayang yang tak terbatas. Engkau telah menghadiahi Mama dengan kebahagiaan yang tiada tara di kehidupan yang terasa kian singkat. Terima kasih, sayang
Mungkin akan masih banyak surat-surat lain untukmu sampai engkau beranjak dewasa. Akan Mama simpan sampai kelak engkau cukup matang untuk mengerti dan menghargai kehidupan ini. Kalaupun kelak engkau telah tumbuh menjadi wanita dewasa yang mandiri, janganlah pernah kau lupa, bagi Mama, kamu tetaplah kesayangan kami selamanya.

Salam sayang
Mama

1 comment:

Anonymous said...

[url=http://sexrolikov.net.ua/tags/%F1%F2%E5%F0%E2%EE%E7%ED%F3%FE/]стервозную[/url] Смотри и дрочи : [url=http://sexrolikov.net.ua/tags/%CF%E5%F2%E5%E9/]Петей[/url] , все это смотреть